Selasa, 15 Februari 2011

Misi Rohani Ulama Penjara Texas Amerika

Ulama penjara di Texas, Amerika Serikat, memperjuangkan Islam dengan caranya sendiri. Kini jumlah mualaf di 23 penjara di negara bagian itu kian berlipat.

Imam Omar Shakir melintasi ruang sinder bercat putih dengan tergesa-gesa. Di ujung lorong, sekelompok wanita dengan jumpsuit putih sudah mulai gelisah menunggunya. Rupanya ini yang membuatnya berjalan setengah berlari.

Assalaamu alaikum, damai untuk Anda sekalian, ujar Shakir dengan senyum hormat. Mereka menjawab salam dengan tak kalah takzim. Setelah menyebut alasan keterlambatannya - masalah klasik: kemacetan lalu lintas - Shakir memulai tausiyahnya. Temanya kali ini adalah Menuju Ketenangan Hati dengan Berzikir. Tak menunggu hitungan menit, tausiyah berubah menjadi dialog interaktif. Masing-masing peserta seolah sudah menyiapkan deretan pertanyaan untuk Shakir. Satu jam waktu yang disediakan seperti kurang. Ia menutup diskusi itu dengan kalimat pendek, Simpan pertanyaan Anda untuk pengajian bulan depan.

Menjangkau kelompok ini bukan hal yang gampang bagi Shakir. Ia harus menempuh perjalanan sejauh 161 km dari San Antonio tempatnya bermukim menuju penjara khusus wanita Halbert Unit di Burnet, timur laut Austin. Shakir sudah hampir tiga tahun menekuni profesi ini, menjadi ulama di penjara. Bersama empat koleganya, dia bergabung dalam program Islamic Faith di 110 penjara di Texas. :video

Program ini memastikan semua narapidana Muslim mendapatkan hak-hak atas pelayanan rohani sama seperti mereka yang berada di luar penjara. Kini kerjanya mungkin sedikit mudah, setelah sebuah tim relawan yang sebagian besar adalah mualaf bersedia tanpa dibayar untuk membantu mereka.

Di penjara-penjara di seluruh Texas kini terdapat kurang lebih 7.500 Muslim. Banyak di antara narapidana itu menjadi Muslim setelah berada di dalam penjara. Bagi mereka, penjara seperti ladang pencerahan, karena sinar Islam justru ditemukannya di tempat itu.

Bagi Shakir, program ini merupakan cara efektif untuk turut menekan bertambahnya angka penjahat kambuhan di Texas. Kita tengah menghadapi sebuah wabah penyakit sosial, agama menurut saya adalah salah satu obat penyembuhnya, kata dia. Tanpa dasar agama, kata dia, orang akan mati rasa dan kehilangan moralitasnya.

Dia menganggap apa yang dilakukannya - mengajarkan agama kepada mereka yang belum beragama -- adalah jihad. Saya senang mengajarkan agama dan melihat sinar teduh memancar dari mata mereka, ujarnya.

Shakir adalah nama hijrahnya. Ia terlahir sebagai Kirk Spencer, lahir di Lima, Ohio, tahun 1958. Menjelang ulang tahunnya yang pertama, orang tuanya meninggalkan kota itu dan bermukim di Schenectady, New York.

Tahun 1974 adalah kali pertama ia bersinggungan dengan paham Islam. Usianya baru 15 tahun saat ia mengenal Islam dari guru seninya yang seorang Muslim.

Dia sempat lari dari rumah karena orang tuanya tidak setuju dia pindah agama. Namun tekadnya sudah bulat, maka di ulang tahunnya yang ke-17, dia menjadi seorang Muslim dan mengganti namanya menjadi Omar Quadir Adib Shakir. Tak harus mengganti nama sebetulnya, tapi saya melakukannya sebagai simbol dari kelahiran kembali diri saya, ujar ayah dari tiga anak umur 23, 21, dan 16 tahun ini.

Pindah agama mengubah hidupnya. Islam bukan agama yang penuh ritual, tapi serangkaian jalan hidup yang menyeluruh, ujarnya. Keinginannya untuk menebarkan damai Islamlah yang membuatnya menjadi chaplain (ulama dengan spesifikasi khusus) dan mengabdi di penjara-penjara di Texas.

Ia bekerja untuk dua dari 23 penjara di Texas, yaitu di penjara El Paso dan Rio Grande Valley. Dua atau tiga kali setahun ia memberi tausiyah di penjara-penjara lainnya.

Di luar tugas itu, ia menjadi imam di Masjid Bilal di kotanya. Masjid ini dimotori oleh 19 keluarga Muslim San Antonio dan menjadi salah satu rujukan warga setempat mempelajari Islam.

Kehadiran ulama penjara sangat penting bagi narapidana Muslim. Seperti dikatakan Curtis Elliott, tak mudah menjadi sorang Muslim di penjara. Banyak ujian, dan kita harus kuat demi iman kita, ujarnya.

Elliott, 29 tahun, tumbuh dalam keluarga Kristen Baptist. Namun ia tak pernah merasakan sentuhan agama masuk ke dalam relung batinnya.

Tahun 1994, karena suatu sebab, ia harus meringkuk di penjara Cotulla untuk waktu 10 bulan. Ia tinggal satu sel dengan seorang tahanan Muslim.

Sama seperti warga Amerika Serikat lainnya, ia memandang miring rekan sepenjaranya itu. Namun, stereotip Muslim makin luntur setelah melihat keseharian sosok rekannya itu. Dia tak pernah menyakiti orang atau menghujat orang. Dia sangat bersih dan santun, Elliot menceritakan kesan pertama tentang rekannya itu.

Sampai di suatu titik, ia ikut sang teman mengaji. Dua tiga kali hadir di pertemuan pengajian, ia yakin memilih Islam. Ini agama yang tanpa keraguan. Agama ini memang buat saya, ujarnya.

Sebelum menyatakan kesilamannya, ia melakukan semua ibadah layaknya seorang Muslim, termasuk shalat lima waktu dan puasa Ramadhan. Tak seperti yang kita bayangkan sebelumnya, puasa tidak membuat kita mati kelaparan, ujarnya tergelak. Ia pun bersyahadat di depan teman-temannya, dengan bimbingan ulama penjara.

Kini ia tak hanya shalat, puasa, dan zakat saja, tetapi menjadi relawan untuk membantu ulama penjara. Di dalam selnya, ia berdakwah dengan caranya sendiri. Ada kebimbangan di awalnya, tapi Anda hanya memerlukan sedikit waktu untuk reevaluasi hidup dan menemukan apa yang telah ditempuh belakangan ini adalah langkah yang keliru, ujarnya.
Dibutuhkan tapi Dicurigai

Jumlah penganut Islam di penjara-penjara di Amerika Serikat memang terus bertambah. Sebuah penelitian berskala nasional bahkan pernah dilakukan untuk membuktikan hipotesa ini. Angka paling dramatis diperoleh di kompleks penjara Rikers Island di New York, dimana sebagian besar penghuninya kini telah menjadi Muslim.

Penyebaran Islam di penjara dilakukan oleh para narapidana sendiri. Umumnya adalah di kalangan penghuni kulit hitam, yang diilhami oleh semangat Elijah Muhammed dan Malcolm X, tokoh Muslim kulit hitam AS. Namun belakangan, narapidana etnis Hispanik dan kulit putih juga banyak yang berpindah agama.

Imam Omar Shakir bukan satu-satunya ulama penjara yang namanya banyak dikutip media. Sebelumnya, beberapa nama mencuat sebagai bumbu tulisan berbau pendiskriditan Islam, menyusul temuan meningkatnya angka pertumbuhan Muslim di penjara. Ulama penjara turut berperang melipatkan jumlah ekstemis Muslim jebolan penjara, begitu berita utama beberapa media papan atas Barat menulis.

Banyak ulama penjara dilabeli guru teroris. Atau, berkomplot dengan narapidana teroris. Kasus terakhir adalah apa yang menimpa ulama militer James Yee yang pernah bertugas di penjara Guantanamo.

Biro Lembaga Pemasyakatan AS(US Bureau of Prisons) pernah dikritik habis Mei lalu terkait dengan seleksi ulama penjara yang dinilai lemah sehingga berpotensi menumbuhkan benih-benih terorisme di penjara. Perlu dilakukan langkah penting untuk mengoreksinya, begitu bunyi tajuk utama The Washington Post.

Departemen Kehakiman bertindak sigap menjawab hal itu. Melalui ispektor jenderalnya, Glenn A Fine, mereka menyatakan menerima 13 rekomendasi baru terkait penerimaan ulama penjara baru, termasuk dalam proses screening hingga supervisi mereka. Proses yang sama juga diberlakukan bagi para kontraktor dan relawan yang membantu tugas mereka.

Fine menyatakan, ulama penjara sangat dibutuhkan untuk menyampaikan layanan rohani bagi narapidana Muslim sekaligus meredam mereka. Tanpa ulama penjara, kata dia, layanan rohani akan dipimpin oleh narapidana sendiri dan hal itu justru sangat potensial menimbulkan distorsi dan memunculkan ekstremitas beragama

 
Mohon uluran bantuan Bapak/Ibu/Sdr/I dengan hati yang ikhlas ke Pundi Keajaiban Sedekah “Muallaf”, Donasi berupa Sedekah anda akan kami gunakan untuk mendukung kegiatan-kegiatan dakwah kami, silahkan transfer via rekening :

BANK CENTRAL ASIA [B.C.A] NO REK : 752-011-3082 a/n Rochmat

Atas dukungan, sumbangan dan bantuan Anda kami ucapkan ribuan terima kasih, Hanya ALLOH SWT dapat membalas segala amal ibadah dan ketulusan hati saudara sekalian.
Wassalamu’alaikum wr wbr. Jazaakumullahu khoiron katsiron

Frans Emile : Merasa Tenang Setelah Melakukan Salat

FRANS Emile (42) lahir di Manado 27 November 1963. Sudah sejak lama Frans berkeinginan untuk masuk agama Islam. Niatan itu timbul sejak Frans duduk di bangku Sekolah Menegah Pertama. Ketertarikan itu setelah ia melihat sosok kakaknya yang memeluk Islam terlebih dulu. "Saya melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana kakak salat, sepertinya kakak saya bahagia setelah masuk Islam. Saya jadi tertarik untuk mengikuti jejak kakak," ungkap Frans kepada NURANI dr Perum Mentan Sejahtera Blok AU No. 47 Candi, Sidoarjo.

Semakin hari, batin suami dan Endah ini terus bergolak. Semakin hari, keinginan itu semakin mantap. Tetapi ia sama sekali tak berdaya. la hanya bisa menahan diri dan belum berani untuk pindah agama karena takut diusir dari rumah. "Saya pasti diusir seperti kakak saya," tutur Frans.
MELIHAT KAKAK SALAT

Ayah Lisa dan Alfan yang berprofesi sebagai driver di Maspion ini sadar bahwa akan ada risiko yang cukup besar yang besar apabila mengikuti jejak sang kakak. Risiko itu adalah diusir dari rumah. Pertentangan antara keinginan untuk masuk Islam dan ketakutan akan risiko yang akan ditanggungnya telah membuat kegelisahan yang teramat dalam di hati Frans.

Satu pertanyaan yang ada pada diri Frans, kapan kesempatan ia bisa masuk Islam itu datang kepadanya? Tetapi ia yakin bahwa untuk menuju jalan yang baik, risiko pasti ada dan risiko itu akan dihadapinya dengan ketabahan dan ikhlas.

Pernah di suatu saat hatinya sangat terharu ketika ia diam-diam memperhatikan sang kakak salat. Keharuan itu telah membimbingnya mengambil air wudu meski tidak tahu harus membaca apa tapi ia meniru tetap melakukan wudu dan melakukan salat layaknya orang muslim.

"Kejadian itu menjadi pertanyaan dalam diri saya, mengapa saya melakukan ini? Atau inikah petunjuk dari Allah agar saya menjadi seorang muslim?" tutur Frans mengenang beberapa tahun yang lalu.

MASUK ISLAM

Sejak itu ia belajar Islam secara sembunyi-sembunyi. Takut diketahui orang tuanya yang beragama lain. la belajar juga dengan kakaknya, tetapi tanpa diketahui orang tuanya. la selalu bertanya tentang Islam kepada teman-teman yang muslim dan meminta gambaran yang jelas.

Anehnya, setelah selesai melakukan ibadah salat seperti itu, Frans memperoleh ketenangan hati. "Memang, saat itu hati saya sedang gundah karena didesak oleh keadaan dan persoalan yang membelit, tapi alhamdulillah dengan salat ada ketenangan di hati saya sehingga saya lebih bisa inenghadapi kenyatan hidup," ungkap Frans.

Untuk selanjutnya saya ikuti saja bagaimana seorang rnuslim salat. Akhirnya, dengan segenap ketulusan hati, Frans memantapkan niatnya untuk menjadi seorang muslim. la menyatakan siap masuk Islam dengan segala risikonya, termasuk jika diketahui orang tuanya dan ia diusir dari rumah.

Setelah masuk Islam dan mengikrarkan diri di Masjid Cheng Hoo Surabaya rasa takut yang dulu menggelayuti pikirannya hilang berganti ketenangan. "Saya heran, mungkin itulah perubahan hidup setelah saya masuk Islam. "Saya merasakan kesabaran yang ada dalam hati saya bertambah dan memang Islam itu sangat cocok pada diri saya sehingga saya bisa menikmati arti hidup ini," ujarnya.
DIUSIR DARI RUMAH

Apa yang dicari Frans dalam Islam? Frans sendiri mengakui bahwa dirinya hanya ingin menjadi seorang muslim dalam arti yang sebenarnya. "Mempelajari Islam secara mendalam sehingga bisa merasakan hidup bahagia dalam keislaman adalah tujuan saya," ungkap Frans.

Akhirnya, secara terbuka ia menyarnpaikan maksudnya untuk masuk Islam kepada kedua orang tua. Mendengar pemaparan Frans, kedua orangtuanya sangat marah dan ia diusir dan rumah. "Kalau kamu masih bersikeras dengan keputusanmu itu, silakan kamu angkat kaki dari rumah ini dan jangan panggil aku ayah lagi!" papar Frans

Mendengar perkataan ayahnya yang kasar itu, Frans meneteskan air mata kesedihan. Hati siapa yang tidak sedih ketika ia harus berpisah secara tidak baik dengan kedua orangtuanya yang telah membesarkan dan memberinya kasih sayang selama ini. "Ini merupakan keputusan saya memeluk Islam yang sangat saya yakini kebenarannya," ungkap Frans.

Sekarang orang tua Frans merasa kehilangan dua orang anak lelakinya yang diusir dari rumah lantaran pindah agama. Lama kelamaan orang tuanya menyadari akan suatu kenyataan yang tak bisa dibantah. "Alhamdulillah bahwa orang tua saya kini menyadarinya dan tetap mengakuinya sebagai anak serta tetap melakukan silaturahim, " ujarnya.

Mohon uluran bantuan Bapak/Ibu/Sdr/I dengan hati yang ikhlas ke Pundi Keajaiban Sedekah “Muallaf”, Donasi berupa Sedekah anda akan kami gunakan untuk mendukung kegiatan-kegiatan dakwah kami, silahkan transfer via rekening :

BANK CENTRAL ASIA [B.C.A] NO REK : 752-011-3082 a/n Rochmat

Atas dukungan, sumbangan dan bantuan Anda kami ucapkan ribuan terima kasih, Hanya ALLOH SWT dapat membalas segala amal ibadah dan ketulusan hati saudara sekalian.
Wassalamu’alaikum wr wbr. Jazaakumullahu khoiron katsiron

Selasa, 08 Februari 2011

M. Syamsi Ali : Shalat di Stasiun Menggetarkan Hatiku!

KDNY (Kabar Dari New York):
M. Syamsi Ali : Imam Masjid Islamic Cultural Center of New York
Diiringi gema "Allahu Akbar!", siang itu pria cokelat asal Trinidad itu resmi menjadi Muslim setelah mengucapkan syahadat menjelang shalat Ashar.

Pemuda berkulit cokelat asal Trinidad itu terpana melihat pemandangan di depannya. Mata Dion, yang berusia 26 tahun itu, tak henti-henti mengarah ke sekelompok Muslim yang sedang shalat dengan khusyu'nya di tengah riuh-rendah stasiun kereta di sebuah kota di Belgia. Dion seperti tersambar petir. "Saya nggak tahu, tiba-tiba karena melihat mereka shalat di stasiun hati saya bergetar," katanya.

Seusai mereka shalat, Dion memberanikan diri bertanya, siapa mereka dan apa gerangan yang mereka baru lakukan? Setelah mendapatkan jawaban dari mereka, pemuda yang bekerja sebagai akuntan di Stamford, Connecticut, itu tidak pernah habis berpikir. Ada pikiran yang berkecamuk keras, antara percaya dengan perasaannya sendiri dan apa yang dia kenal selama ini tentang Islam.

Tiga minggu sesudah kejadian itu, Dion bertemu saya di the Islamic Forum for non Muslim New York yang saya asuh. Rambutnya panjang. Gaya berpakaiannya membuatku hampir tidak percaya kalau hatinya begitu lembut menerima hidayah Ilahi. Biasanya ketika menerima pendatang baru di kelas ini, saya mulai menjelaskan dasar-dasar Islam sesuai kebutuhan dan pengetahuan masing-masing peserta. Tapi hari itu, tanpa kusia-siakan kesempatan, saya jelaskan makna shalat dalam kehidupan manusia, khususnya dalam konteks manusia modern yang telah mengalami kekosongan spiritualitas.

Hampir sejam saya jelaskan hal itu kepada Dion dan pendatang baru lainnya. Hampir tidak ada pertanyaan serius, kecuali beberapa yang mempertanyakan tentang jumlah shalat yang menurut mereka terlalu banyak. "Apa lima kali sehari tidak terlalu berat?" tanya seseorang. "Sama sekali tidak. Bagi seorang Muslim, shalat 5 waktu bahkan lebih dari itu adalah rahmat Allah," jawabku. Biasanya saya membandingkan dengan makan, minum, istirahat untuk kebutuhan fisik.

Setelah kelas bubar, Dion ingin berbicara berdua. Biasanya saya tergesa-gesa karena harus mengisi pengajian di salah satu masjid lainnya. "Saya rasa Islam lah yang benar-benar saya butuhkan. Apa yang harus saya lakukan untuk menjadi Muslim?" tanyanya tanpa tedeng aling-aling.

Saya diam sejenak, lalu saya bilang, "Saya bukannya mau menunda jika kamu benar-benar yakin bahwa ini jalan yang benar untuk kamu. Tapi coba pastikan, apakah keputusan ini datang dari dalam dirimu sendiri."

Dengan bersemangat Dion kemudian menjawab, "Sejak dua minggu lalu, saya mencari-cari jalan untuk mengikuti agama ini. Beruntung saya kesini hari ini. Kasih tahu saya harus ngapain?" katanya lagi.

Alhamdulillah, siang itu juga Dion resmi menjadi Muslim setelah mengucapkan syahadat menjelang shalat Ashar. Diiringi gema "Allahu Akbar!" dia menerima ucapan selamat dari ratusan jama'ah yang shalat Ashar di Islamic Center of New York.

Sabtu lalu, 8 April, Dion termasuk salah seorang peserta yang mengikuti ceramah saya di Yale University dengan tema "Islam, Freedom and Democracy in Contemporary Indonesia". Pada kesempatan itu saya perkenalkan dia kepada masyarakat Muslim yang ada di Connecticut, khususnya Stamford. Sayang, belum ada tempat di daerahnya di mana dia bisa mendalami Islam lebih jauh. Hingga kini, dia masih bolak balik Stamford-New York yang memakan waktu sekitar 1 jam, untuk belajar Islam.

Semoga Dion dikuatkan dan selalu dijaga dalam lindunganNya! 


Mohon uluran bantuan Bapak/Ibu/Sdr/I dengan hati yang ikhlas ke Pundi Keajaiban Sedekah “Muallaf”, Donasi berupa Sedekah anda akan kami gunakan untuk mendukung kegiatan-kegiatan dakwah kami, silahkan transfer via rekening :

BANK CENTRAL ASIA [B.C.A] NO REK : 752-011-3082 a/n Rochmat

Atas dukungan, sumbangan dan bantuan Anda kami ucapkan ribuan terima kasih, Hanya ALLOH SWT dapat membalas segala amal ibadah dan ketulusan hati saudara sekalian.
Wassalamu’alaikum wr wbr. Jazaakumullahu khoiron katsiron


Senin, 07 Februari 2011

Dr. Antonius S Kumanireng : Apakah Yesus datang utk menebus dosa-dosa manusia ?

Nama saya Antonius Sina Kumanireng, kerap disapa Anton Sina. Saya anak kedua dari lima bersaudara yang lahir di tengah-tengah keluarga penganut Kristen Katolik yang masih sangat ketat mengamalkan ajaran agama. Ayah saya, Kumanireng, salah seorang pastor sekaligus anggota DPRD Tk. II Kab. Ende, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Tempat kelahiran saya mayoritas penduduknya beragama Kristen, termasuk seluruh keluarga saya.

Sejak kecil, saya telah dipersiapkan menjadi calon pendeta yang diharapkan menjadi penyebar agama di kampung halaman. Karena itu, saya pun sejak kecil bekerja sebagai tukang pukul lonceng gereja. Meskipun ayah saya terbilang penganut Kristen yang ketat, namun sejak kecil saya sering memberontak terhadap keluarga dan para pastor.

Saya kerap melemparkan pertanyaan kepada para pendeta, meskipun mereka sering memberikan jawaban yang tidak memuaskan. Dan kekecewaan itu, saya terus mencari kebenaran lewat gereja. Suatu ketika saya ikut kebaktian di gereja. Tba-tiba hati saya yang gundah menjadi tenang. Tapi, ketika keluar dari gereja hati saya kembali bimbang dan kacau. Bahkan, menyebabkan saya bertengkar dengan saudara saya di rumah. Maklum, keluarga saya termasuk keluarga yang kacau.

Saya sendiri tak paham betul, apa sesungguhnya yang menyebabkan keluarga saya berantakan. Padahal, tiap hari keluar-masuk gereja. Saya sendiri bahkan terlibat minum-minuman keras. Hati saya terus bertambah kacau. Akhirnya, saya mencari kebenaran di luar rumah.

Suatu ketika, saya ditawari pastor untuk belajar ke Roma, Italia, atas beasiswa dari Belanda. Saya menolak tawaran itu dengan alasan ingin belajar di negeri sendiri. Saya terus mencari kebenaran karena keluarga saya telah berantakan. Saya membuka Alkitab Injil, lalu saya temukan Matius 26:20-25 yang berbunyi, "Yesus datang untuk menebus dosa-dosa manusia."

Saya terus membaca dan mengkaji, kesimpulan saya bahwa Yesus sendiri tak mau mati menebus dosa manusia. Sementara itu, saya terus mengkaji ayat-ayat Injil yang selalu menimbulkan pertentangan antara ayat satu dan lainnya. Berkat ketekunan mempelajari sejarah dan pergaulan saya dengan teman teman muslim serta setiap akan memakan babi saya muntah, maka saya bertambah yakin untuk tidak makan daging babi.
Masuk Islam

Semua itu rupanya petunjuk langsung dan Allah agar saya segera kembali ke agama yang sejati. Saya masuk Islam, dan kemudian saya ganti nama menjadi Abdul Salam. Semua keluarga termasuk ayah tak setuju, bahkan menjauhi saya.

Saya terus belajar tentang Islam. Saya pun mempelajari tasawuf. Akhirya, cita-cita saya terwujud mempelajari tasawuf setelah saya masuk Perguruan Isbatulyah yang mengajarkan kepada saya soal syariat dan makrifat Islam. Orang yang paling berjasa terhadap diri saya dalam mempelajari Islam adalah almarhum Usman Effendi Nitiprajitna. Saya terus mempelajari ilmu kebatinan dari guru saya itu.

Alhamdulillah, saya telah menjadi seorang muslim, kendati saya disingkirkan dari seluruh keluarga. Alhasil, saya menanti seluruh keluarga saya agar mau terbuka dan bertanya kepada saya mengapa saya memilih masuk agama Islam. Namun, sampai kind, tak ada yang mau menemui saya.

Saya siap menjelaskan semuanya. Saya bangga masuk Islam karena Islam mengajarkan umatnya untuk tolong menolong. Meskipun istri saya masih tetap beragama Kristen, namun saya tetap melaksanakan shalat. Antara tahun 1970-1973, saya mendapat beasiswa untuk belajar ke Universitas Yokohama Jepang. Alhamdulillah, ke yakinan saya justru semakin kokoh setelah saya bergaul dengan orang-orang Jepang. Padahal, dulunya, saya termasuk peminum berat alkohol. Tapi, sesudah menjadi muslim, saya pun meninggalkan kebiasaan buruk itu.

Setelah berhasil menyelesaikan studi di Jepang dengan gelar doktor kimia, saya mendapat tawaran kerja dari ITB dan beberapa perusahaan besar di Tanah Air. Namun, saya lebih senang memilih Universitas Hasanuddin Makassar, karena PTN itulah yang pertama kali menawarkan aku mengajar.
Bersyukur

Oh ya, saya mempunyai tiga orang anak. Namanya Yuliana, Elizabeth, dan Isa. Saya memberikan kebebasan kepada anak-anak saya untuk memilih agama yang mereka anggap paling benar. Anak saya yang bungsu berkata kepada saya, ia tak akan masuk Islam apa pun yang terjadi. Setelah melewati waktu cukup panjang dalam memberikan pemahaman yang benar tentang Islam, akhirnya Yuliana dan Elizabeth mau mengikuti jejak saya, masuk Islam.

Saya bangga dan bersyukur kepada Allah Walaupun saya tak pernah memaksa anak-anak masuk Islam, tapi karena kesadaran sendiri, mereka akhirnya masuk Islam. Si bungsu yang keras dan benci terhadap agama Islam pun tiba-tiba berubah sikap dan mau masuk Islam. Alangkah bahagianya had saya. Semua anak-anak saya telah memilih jalan yang benar.

Semangat beragama dan kecintaan saya kepada Islam bertambah dalam. Apalagi berkat bantuan Prof-Dr. H. Nasir Nessa yang memberikan kesempatan kepada saya menunaikan ibadah haji. Berbagai kemudahan saya dapatkan di Tanah Suci. Antara lain, saya dapat dengan mudah mencium Hajar Aswad. Tak lupa, saya pun mendoakan seluruh keluarga saya agar dibukakan pintu hatinya menerima kebenaran Islam.
Kecewa

Setelah bertahun tahun melakukan pendalaman terhadap Islam, akhirnya-saya menemukan kebenaran yang hakiki (sejati) itu di dalam Islam. Namun, saya sempat kecewa setelah masuk Islam. Saya melihat umat Islam menganut agamanya semata-mata karena faktor keturunan, sehingga wujud pengamalannya masih minus. Islam semata-mata hanya simbol, tanpa diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Saya benar-benar kecewa dan tak menyangka kalau umat Islam ternyata masih banyak yang tidak memahami ajaran agamanya secara benar.

Kekecewaan itu muncul, barangkali lantaran saya yang mualaf ini terlalu berharap banyak dari umat Islam. Ternyata, semua harapan itu sirna. Banyak umat Islam tak menghargai agamanya. Padahal, saya sebelum masuk Islam bertahun-tahun mengembara, berguru dari satu tempat ke tempat lain, demi membuktikan kebenaran yang ada di dalam Islam. Mengapa umat Islam sendiri tak bangga terhadap agamanya? Bukankah Islam agama suci? tapi akhirnya saya sadar bahwa itu semua kembali kepada pribadi masing-masing, yang jelek hanya sebagian kecil, masih banyak pribadi-pribadi ummat Islam yang patut dicontoh dan jadi panutan karena pada dasarnya Islam adalah agama yang Suci dan hakiki.

Akhirnya saya benar-benar bersyukur betapa nikmatnya hidup dalam panji Islam yang penuh rahmat dan hidayah Allah SWT. Saya pun bersyukur karena setiap menjelang Lebaran, saya bersama tiga orang anak saya bersama-sama melakukan shalat Idul Fitri di Lapangan Karebosi, Makassar. Padahal, sebelum mereka masuk Islam, saya terkadang merasa sunyi, karena merayakan Hari Raya suci ini seorang diri.

Kini, saya mengabdi di Universitas Hasanuddin Makassar sebagai dosen yang tiap hari bergaul di tengah mahasiswa dan sesekali berdialog tentang Islam. Saya bangga dapat mengabdi di sebuah almamater yang sangat menghargai pendapat orang lain.

Mohon uluran bantuan Bapak/Ibu/Sdr/I dengan hati yang ikhlas ke Pundi Keajaiban Sedekah “Muallaf”, Donasi berupa Sedekah anda akan kami gunakan untuk mendukung kegiatan-kegiatan dakwah kami, silahkan transfer via rekening :

BANK CENTRAL ASIA [B.C.A] NO REK : 752-011-3082 a/n Rochmat

Atas dukungan, sumbangan dan bantuan Anda kami ucapkan ribuan terima kasih, Hanya ALLOH SWT dapat membalas segala amal ibadah dan ketulusan hati saudara sekalian.
Wassalamu’alaikum wr wbr. Jazaakumullahu khoiron katsiron

Jumat, 04 Februari 2011

Gold Fret mantan Pendeta : "Eli, Eli, lama sabakhtani?" mengantarnya kepada Hidayah Islam


AYAH saya seorang pastor atau pendeta dalam agama Kristen Katolik. Beliau mengajarkan Alkitab (Injil) pada saya sejak saya masih kecil dengan harapan agar saya menjadi penerus cita-citanya di kemudian hari. Saya belajar Alkitab pasal demi pasal dan ayat demi ayat dengan seksama. Berkat bimbingannya, saya betul-betul memahami kandungan dan tafsiran Alkitab. Sejak saya berumur empat belas tahun, saya diberi kepercayaan berceramah di gereja pada setiap hari Minggu dan hari-hari keagamaan Kristen lainnya. Setelah saya banyak membaca Alkitab, banyak saya dapatkan kejanggalan-kejanggalan di dalamnya. Dalam Alkitab, antara pasal satu dan pasal lainnya banyak terjadi pertentangan, dan banyak ajaran gereja yang bertentangan dengan isi Alkitab.

Misalnya, Yohanes pasal 10 ayat 30, menerangkan bahwa Allah dan Yesus (Isa) bersatu, yaitu, "Aku dan Bapa adalah satu." Sedangkan, pada Matius pasal 27 ayat 46 menjelaskan bahwa Yesus dan Allah berpisah, yaitu, "Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring, "Eli, Eli, lama sabakhtani?" 'Artinya, "Tuhanku, Tuhanku, mengapa Engkau meninggalkan aku?"

Dalam ajaran gereja, seorang bayi yang lahir akan membawa dosa warisan dari Nabi Adam dan 1bu Hawa. Juga, bayi yang mati sebelum dibaptis tidak akan masuk surga. Ajaran ini bertentangan dengan Alkitab Yehezkiel pasal 18 ayat 20 dan Matius pasal 19 ayat 14 menerangkan bahwa manusia hanya menanggung dosanya sendiri, tidak menanggung dosa orang lain. Bayi yang meninggal sebelum dibaptis akan masuk surga, karena anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang yang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan orang yang fasik akan menanggung akibat kefasikannya.

Sementara, pada Matius 19 ayat 14 Yesus berkata, "Biarlah anak-anak itu, jangan menghalang-halangi mereka datang padaku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang mempunyai Kerajaan Surga."

Dengan semua itu saya merasa bimbang. Injil mana yang harus saya ikuti, sedangkan semuanya kitab suci? Dan apakah ajaran gereja yang harus saya ikuti, sedangkan ajarannya bertentangan dengan Alkitab ?

Saya ragu dengan keautentikan Alkitab, karena kalau Injil yang ada sekarang ini asli, tidak mungkin satu sama lain saling bertentangan. Saya juga ragu dengan kebenaran ajaran gereja karena kalau ajaran gereja itu benar, tidak mungkin bertentangan dengan kitab sucinya.

Karena mendapatkan kejanggalan dalam Alkitab dan pertentangan ajaran gereja dengan kitab sucinya, saya menjadi enggan membaca Injil dan buku buku agama (Kristen), karena saya yakin tidak akan mendapat kebenaran dalam Kristen.
Mendengar Bacaan Al-Qur'an

Pada suatu hari saya berjalan di dekat masjid. Tiba-tiba saya gemetar dan tidak bisa berjalan disebabkan mendengar suara dari dalam masjid. Setelah saya pulang ke rumah, saya bertanya pada teman-teman tentang suara yang saya dengar itu. Tetapi tidak ada satu pun dari mereka yang tahu tentang suara itu.

Setelah keesokan harinya saya bertanya pada teman sekolah yang beragama Islam, dia menjelaskanbahwa "suara" yang saya dengar di dalam masjid adalah suara orang membaca A1-Qur'an. Kemudian saya bertanya, "Apa sih, Al-Qur'an itu?" Dia menjawab, "Al-Quran itu kitab suci umat Islam." Kemudian saya meminta Al-Qur'an padanya. Tetapi dia tidak memberikan dengan alasan saya tidak punya wudhu.

Setelah saya pulang dari sekolah, saya langsung mencari orang yang beragama Islam untuk meminjam A1-Qur'an. Akhirnya saya berjumpa dengan orang Islam yang bernama Abdullah. Ia keturunan Arab. Lalu saya pinjam Al-Qur'an padanya dan saya jelaskan padanya bahwa saya beragama Katolik dan ingin mempelajari Al-Qur'an. Dengan senang hati ia meminjamkan saya terjemahan Al-Qur'an dan riwayat hidup Nabi Muhammad saw..

Saya baca Al-Qur'an ayat demi ayat dan surat demi surat. Saya pahami kalimat demi kalimat dengan seksama. Akhirnya saya berkesimpulan, hanya Al-Qur'anlah satu-satunya kitab suci yang asli dan hanya Islamlah satu-satunya agama yang benar.

Al-Qur'an membahas persoalan ketuhanan dengan tuntas, bahasanya mudah dipaharni, dan argumentasinya rasional. Di samping itu, Al-Qur'an juga membahas tentang Nabi Isa (Yesus) sejak sebelum dikandung, dalamn kandungan, waktu dilahirkan, masa kanak-kanak dan remaja, mukjizatnya, dan kedudukannya sebagai Rasul Allah, bukan anak Allah.

Sejak mendapatkan kebenaran Islam, saya mempunyai keinginan yang kuat untuk memeluk agama Islam. Singkat cerita, kemudian saya datang menjumpai Abdullah dan saga jelaskan keinginan saga padanya.

la menyambut hasrat saya itu dengan hati ikhlas, dan ia membimbing saya membaca dua kalimat syahadat. Setelah menjadi seorang muslim, nama saya diganti menjadi Dzulfikri. Kemudian saya belajar pada Abdullah tentang hal-hal yang diwajibkan dan yang dilarang dalam Islam.

Setelah itu saya mondok di sebuah pesantren. Di situ saya belajar agama selama satu tahun. Kemudian saya pindah ke kota Malang, Jawa Timur. Di kota ini saya terus menuntut ilmu agama sambil kuliah

Mohon uluran bantuan Bapak/Ibu/Sdr/I dengan hati yang ikhlas ke Pundi Keajaiban Sedekah “Muallaf”, Donasi berupa Sedekah anda akan kami gunakan untuk mendukung kegiatan-kegiatan dakwah kami, silahkan transfer via rekening :

BANK CENTRAL ASIA [B.C.A] NO REK : 752-011-3082 a/n Rochmat

Atas dukungan, sumbangan dan bantuan Anda kami ucapkan ribuan terima kasih, Hanya ALLOH SWT dapat membalas segala amal ibadah dan ketulusan hati saudara sekalian.
Wassalamu’alaikum wr wbr. Jazaakumullahu khoiron katsiron

Kamis, 03 Februari 2011

Jip Hengky Jana P. M.B.A. : Sulit Memahami Doktrin Trinitas

Meski dilahirkan sebagai keturunan Tionghoa yang secara turun-temurun menganut agama Budha, tetapi saya tidak mendalami ajaran agama nenek moyang kami itu. Saya justru lebih paham ajaran gereja. Hal ini bisa dimaklumi, karena masyarakat keturunan Tionghoa sekarang lebih banyak yang meninggalkan agama nenek moyangnya, dan lebih memilih agama Kristen sebagai pegangan hidupnya. Alasannya, karena agama Kristen dianggap lebih ringan pelaksanaan ibadahnya.

Faktor itu pula yang menyebabkan saya lebih banyak bergaul dengan kawan-kawan yang beragama Kristen, baik yang Katolik Roma, Protestan, Pantekosta, Advent, dan sebagainya. Selain itu, faktor pendidikan formal juga sangat mempengaruhi keimanan saya. Saya semakin jauh dari wihara dan klenteng (rumah ibadah orang Tionghoa).

Pendidikan formal saya, sejak TK sampai SMA, saya ialui di lembaga pendidikan Katolik. Sampai usia remaja, meski saya tak pernah dibaptis, tetapi saya sudah merasa sebagai umat Kristen (Katolik) daripada sebagai jemaat wihara (umat Budha).

Saya dilahirkan pada tanggal 21 Juni 1969 di Semarang, Jawa Tengah. Keluarga saya keturunan Tionghoa yang sukses sebagai pengusaha foto dan percetakan. Seperti umumnya masyarakat keturunan Tionghoa, kedua orang tua saya memeluk agama nenek moyang yang telah dianut turun temurun, yakni agama Budha.

Tidak berbeda dengan keluarga Tionghoa yang lain, dalam hal pendidikan agarna, keluarga saya juga tidak pernah menanamkan keimanan (agama Budha) yang mendalam. lni barangkali sekadar tradisi saja bahwa nenek moyang kami mewariskan kebudayaannya itu kepada keturunannya. Dalam ajaran agama Budha sepertinya tidak ada norma-norma khusus yang mengatur pelaksanaan ibadah. Ya, seperti aliran kepercayaan saja. Sehingga, tidak sedikit orang Tionghoa yang notabene pemeluk agama Budha, tetapi masih meyakini ajaran lain sebagai agamanya, umumnya agama Kristen.

Sebagai anak sulung dari tiga bersaudara, kedua orang tua kami mengharapkan agar saya berhasil dalam hidup dan menjadi teladan bagi kedua adik saya. Sebab itulah, ketika mengijak usia 5 tahun saya dimasukkan ke Taman Kanak Kanak favorit di kota Semarang, yakni TK Kanisius Kebondalem, selama dua tahun. SD dan SMP pun saya tempuh di lembaga yang sama.
Aktivis Gereja

Setamat SMP saya pun melanjutkan studi di SMA Katolik Kebondalem. Lembaga pendidikan ini termasuk paling dibanjiri peminat. Jadi, merupakan gengsi tersendiri bila diterima di sekolah itu. Saat belajar di SMA itulah saya benar-benar menjadi umat Katolik. Bukan lagi sebagai pemeluk Budha.

Kegiatan-kegiatan gereja, baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat selalu saya ikuti dengan tekun. Saya tidak peduli, walaupun tidak pernah dibaptis. Bahkan, di sekolah sava termasuk siswa yang aktif mengikuti kegiatan keagamaan, baik di OSIS (seperti peringatan hari besar agama Kristen) dan juga kegiatan misa di gereja atau kapel sekolah yang rutin diadakan seminggu sekali.

Rupanya, Tuhan berkenan menolong saya dari jalan yang sesat. Beberapa tahun yang lalu setelah saya tamat SMA, saga sering merenung tentang ajaran trinitas yang menjadi landasan pokok iman kristiani. Sava merasa sulit memahami ajaran itu. Teryata banyak sekali kejanggalan yang saya temukan.
Mempelajari Islam

Tuhan Yang Maha Agung membuka pintu hati saya. Di saat saya meragukan kebenaran ajaran trinitas itu, saya seperti ditunjukkan untuk mempelajari Islam sebagai perbandingan. Dan ternyata, masya Allah, luar biasa. Dalam Al-Qur'an dan hadits telah diatur hukum bagi sekalian alam yang benar adanya.

Tidak lama setelah mendalami kandungan Al-Qur'an, saya secara rutin belajar agama (Islam) pada seorang guru ngaji. Masih berstatus sebagai mahasiswa STIE-PPMTT (Pusat Pendidikan Manajemen dan Teknik Terapan), saya mengucapkan ikrar dua kalimat syahdat beserta seluruh keluarga.

Alhamdulillah, salah satu adik saya, Jip Christianto Jana P, telah tamat dari Pondok Pesantren Modem Gontor, jawa Timur, dan kini kuliah di Akademi Perindustrian Yogyakarta Jurusan Teknik Mesin. Sedangkan adik saya yang bungsu, Jip Rudi Jana P., kini rnasih belajar di Pondok Pesantren as-Salam Surakarta.

Sedangkan, saya sendiri setelah menamatkan pendidikan manajemen dan meraih gelar Master of Bussines Administration (M.B.A.), kini berwiraswasta di bidang percetakan. Harapan saya, semoga keluarga kami senantiasa diterangi petunjuk-Nya. Amin.


Mohon uluran bantuan Bapak/Ibu/Sdr/I dengan hati yang ikhlas ke Pundi Keajaiban Sedekah “Muallaf”, Donasi berupa Sedekah anda akan kami gunakan untuk mendukung kegiatan-kegiatan dakwah kami, silahkan transfer via rekening :

BANK CENTRAL ASIA [B.C.A] NO REK : 752-011-3082 a/n Rochmat

Atas dukungan, sumbangan dan bantuan Anda kami ucapkan ribuan terima kasih, Hanya ALLOH SWT dapat membalas segala amal ibadah dan ketulusan hati saudara sekalian.
Wassalamu’alaikum wr wbr. Jazaakumullahu khoiron katsiron