Senin, 31 Januari 2011

Jaw Mei Hwa : Ancaman dan Siksaan Tak Menggoyahkan Keislamanku


SAYA dilahirkan dari keluarga Nasrani yang fanatik, 23 April 1977 di Palembang, Sumatra Selatan. Tetapi sebagai anak sulung, saya telah dipersiapkan menjadi pewaris ajaran agama nenek moyang kami, yaitu Budha. Oleh karenanya, sejak dini saya dididik dan ditempa dengan ajaran-ajaran Sidharta Budha Gautama

Sebaliknya, lingkungan masyarakat tempat tinggal kami didominasi penduduk pribumi yang notabene kaum muslim. Mereka cukup konsisten dengan agamanya. Itu dapat saya saksikan dengan aktivitas kegiatan-kegiatan keagamaan dan kemasyarakatan di masjid dekat rumah kami. Masjid menjadi pusat kegiatan mereka. Dari anak-anak, remaja, kaum ibu, dan kaum bapak, menggunakan masjid itu sebagai tempat pembinaan. Pokoknya, tiada hari tanpa kegiatan. Ini amat berbeda dengan yang saya saksikan di wihara (rumah ibadah umat Budha). Wihara tampak amat lengang dan sepi dari aktivitas kemasyarakatan. Entah dari mana asal mulanya, saya jadi sering membanding-bandingkan antara Budha dan Islam.

Saya lihat kaum muslimin tampak begitu gembira setiap kali berada di masjid. Dan yang paling berkesan buat saya, setiap kali mendengar mereka membaca Al-Qur'an, hati saya seperti terang dan damai. Bahkan, dari bilik hati saya seperti ada bisikan, "Mengapa kamu tidak mengikuti ajaran mereka. Pandanglah Islam secara keseluruhan dan objektif."

Semakin saya bandingkan, saya semakin memahami kesempurnaan dan kebesaran Islam. Sementara itu, orang tua saya tidak tahu pergolakan yang terjadi di dalam hati saya ini, karena saya terlihat oleh mereka masih aktif pergi ke wihara. Padahal, pada saat itu saya sedang mengalami krisis kepercayaan terhadap ajaran Sang Budha. Contohnya, Tripitaka sebagai kitab suci umat Budha, menurut nalar saya, tidak mampu menjawab persoalan-persoalan yang menjadi ganjalan saya secara tuntas, seperti persoalan yang menyangkut konsepsi ketuhanan dan kehidupan sesudah mati.

Berbeda dengan Al-Qur'an yang pernah saya baca terjemahannya dari pinjaman teman saya. Kitab suci kaum muslimin itu, menurut saya, mampu menjawab semua persoalan kehidupan dan kemanusiaan secara tuntas. Bahasanya mudah dipahami dan dapat diterima akal. Meskipun hati saya diliputi kebimbangan terhadap ajaran Budha, tetapi saya tetap aktif ke wihara. Tekad saya, sebelum melepaskan keyakinan lama, saya hares terus menggali dan mencari keutamaan agama Islam.

Dari konsepsi ketuhanannya, agama Islam dengan konsep tauhidnya mampu menjelaskan kemahaesaan Tuhan dengan bahasa yang sederhana, namun lugas dan tuntas. Terjemahan Al-Qur'an surat al-Ikhlas ayat 1-5 benar-benar membuka mata hati dan nalar saya. Sementara, menurut agama Budha, Sidharta Gautama sebagai pembawa ajaran Budha juga dianggap sebagai penjelmaan Tuhan. Ini kan rancu, manusia dianggap Tuhan, begitu pikir saya.

Satu lagi, umat Budha percaya terhadap peristiwa reinkarnasi. Misalnya, jika seorang manusia selama hidupnya berbuat jahat maka ketika ia mati rohnya menitis ke dalam jasad hewan. lni menurut saya, sesuatu yang amat mustahil dan tidak masuk akal.Tapi apabila saya masuk Islam, saya akan mendapat siksaan.

Proses pencarian itulah yang menyebabkan saya mengerti keutamaan Islam. Kesimpulan saya, Islam memang agama yang paling sempurna dibandingkan agama-agarna lainnya di muka bumi. Setelah itu saya menetapkan diri dan bertekad menjadi pemeluk Islam yang sejati, walaupun harus mendapat tantangan dari orang tua dan keluarga. Entah bagaimana, timbul keberanian saya untuk mengungkapkan kegelisahan dan keinginan memeluk Islam kepada orang tua saya.

Demi mendengar keinginan saya itu, papa saya marah besar. Mulailah penderitaan ini saya jalani. Siksaan demi siksaan fisik harus saya terima. Papa mengancam akan mengusir saya, bahkan membunuh saya, apabila saya berani masuk Islam. Saya tak bergeming dangan ancaman itu. Tekad saya sudah bulat, walaupun harus mati, saya rela asal matt dalam kepastian selaku seorang muslim.

Alhamdulillah, akhirnya niat yang suci itu terkabul juga. Singkat cerita, pada bulan Desember 1992, secara resmi saya mengucapkan ikrar dua kalimat syahadat di depan Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Maryana, Plaju, dengan saksi Dra. Yunimularsi dan Dra. Sri Astuti. Kedua orang akhwat itu adalah aktivis remaja masjid dekat rumah saya.

Plong, rasanya. Saya seperti orang yang baru dilahirkan. Begitu perasaan saya saat itu. Hari itu juga saya langsung pulang dan memberitahukan keislaman saya kepada orang tua tanpa ada keraguan dan perasaan takut sedikit pun.

Mengetahui hal itu, papa semakin murka dan kembali menyiksa saya. Sedangkan, mama diam tanpa bisa berbuat banyak. Siksaan fisik terus saya jalani, tapi saya tetap tabah. Saya tak ingin menceritakan bagaimana bentuk penyiksaan yang saya terima itu. Tetapi cukuplah, semua itu saya anggap sebagai ujian iman.

Akhirnya, papa mengalah atas keteguhan hati saya. Rupanya, papa sudah putus asa melihat kesungguhan dan ketabahan hati saya. Padahal, waktu itu usia saya baru 15 tahun. Setelah memeluk agama Islam saya makin giat mendalami Islam dan banyak bertanya kepada para kiai. Sewaktu saya masih sekolah di SMEA Negeri 11 kelas 2 jurusan Akuntansi banyak teman-teman dan guru-guru terutama guru agama banyak memberikan bantuan dan dukungan kepada saya.

Hanya satu yang masih mengganjal, orang tua dan adik-adik saya belum lagi tergugah untuk masuk Islam. Oleh karenanya, dalam setiap shalat senantiasa saya mohonkan doa, semoga Allah SWT membuka pinto hati orang tua dan saudara-saudara saya agar mereka mengikuti jejak saya memeluk agama Islam. Amiin Allahumma Amin. (Taufik lisman/Albaz - dari Buku "Saya memilih Islam" Penyusun Abdul Baqir Zein, Penerbit Gema Insani Press website : http://www.gemainsani.co.id/) - Mualaf.com




Mohon uluran bantuan Bapak/Ibu/Sdr/I dengan hati yang ikhlas ke Pundi Keajaiban Sedekah “Muallaf”, Donasi berupa Sedekah anda akan kami gunakan untuk mendukung kegiatan-kegiatan dakwah kami, silahkan transfer via rekening :

BANK CENTRAL ASIA [B.C.A] NO REK : 752-011-3082 a/n Rochmat

Atas dukungan, sumbangan dan bantuan Anda kami ucapkan ribuan terima kasih, Hanya ALLOH SWT dapat membalas segala amal ibadah dan ketulusan hati saudara sekalian.
Wassalamu’alaikum wr wbr. Jazaakumullahu khoiron katsiron

cerita tentang Hakim Mansur Ellis versi yang lain....

Dia tidak muslim dari lahir. Tadinya ia seorang penganut Katolik, sampai kemudian agama yang dibawa Muhammad SAW ini memikat hatinya saat kuliah.

Keith Ellison, nama lelaki berkulit hitam ini, kemarin membuat sejarah: menjadi muslim pertama yang bisa duduk di Kongres AS. Tidak hanya itu, Ellison juga menjadi orang kulit hitam pertama yang pernah terpilih ke DPR-nya Amerika Serikat itu dari negara bagian Minnesota.
Ini tentu saja mengagetkan, karena di Minnesota, sebagaimana di seluruh AS, muslim benar-benar minoritas. Tidak itu saja, Islam dan penganutnya juga sedang dipersepsikan sangat buruk, dikait-kaitkan dengan fundamentalisme bahkan terorisme. Apalagi si Keith ini, orang yang pindah agama!

Dua pesaingnya, terutama Alan Fine dari Partai Republik, juga habis-habisan menyerang Keith Ellison, terkait latar belakang agama itu, dan hubugannya dengan Louis Farakkhan, aktivis muslim kulit hitam AS yang kontroversial. Media massa di sana juga tidak "ramah" kepada lelaki berusia 43 tahun itu.
Tetapi rakyat sudah menjatuhkan pilihan. Ellison tidak saja menang, tetapi dengan telak menjungkalkan Alan Fine dengan perbandingan 3:1.
Ellison memang tidak pernah ciut dengan serangan itu. Dengan percaya diri, dia bahkan mendatangi gereja-gereja dan berkampanye di sana. Dia disambut hangat.
Jesse Jackson, salah seorang tokoh gereja terkemuka Amerika Serikat bahkan rela berkampanye untuknya.
Anda (dan saya juga) boleh tidak suka kepada negara adidaya ini untuk satu dan lain alasan. Namun apa yang terjadi kemarin adalah sebuah potret demokrasi yang mengharukan.
Ini mestinya memberi kita sebuah pelajaran penting. Agama tidak seharusnya dijadikan komoditas politik, karena lama-lama rakyat sudah muak dengan hal semacam itu. Kita layak malu dengan tradisi politik kita, yang masih menjajakan agama dalam kampanye, bukan jadi pijakan motivasi untuk berbuat ikhlas demi rakyat ketika sudah memperoleh suara.
Bayangkan, sebuah gereja menyambut hangat lelaki yang jelas-jelas pindah agama. Seorang pemuka agama yang ditinggalkannya juga mau menjadi juru kampanye. Mereka mengesampingkan hal itu, karena lebih melihat kualitas, visi dan missi yang dibawa sang kandidat.
Rakyat Amerika, paling tidak di Minnesota, ternyata tidak bertanya agama Anda apa? Tetapi menyelidiki, bagaimana agama yang dianut itu membuat Anda menjadi pribadi yang berkualitas. Bisakah Anda bayangkan demokrasi sekelas itu terjadi di sini?


Mohon uluran bantuan Bapak/Ibu/Sdr/I dengan hati yang ikhlas ke Pundi Keajaiban Sedekah “Muallaf”, Donasi berupa Sedekah anda akan kami gunakan untuk mendukung kegiatan-kegiatan dakwah kami, silahkan transfer via rekening :

BANK CENTRAL ASIA [B.C.A] NO REK : 752-011-3082 a/n Rochmat

Atas dukungan, sumbangan dan bantuan Anda kami ucapkan ribuan terima kasih, Hanya ALLOH SWT dapat membalas segala amal ibadah dan ketulusan hati saudara sekalian.
Wassalamu’alaikum wr wbr. Jazaakumullahu khoiron katsiron

Kamis, 27 Januari 2011

Seorang Walikota di AS Memutuskan Masuk Islam

Setelah masuk Islam, Walikota Macon, negara bagian Georgia, AS, Jack Ellis mengganti namanya menjadi Hakim Mansur Ellis. Ellis yang awalnya beragama Kristen ini, mengaku memutuskan masuk Islam setelah melakukan pencarian selama bertahun-tahun.

"Mengapa seseorang menjadi Kristiani? Anda melakukannya karena merasa Kristen benar. Bagi saya itu, itu tidak jadi soal. Tapi yang orang ingin tahu, apa sebenarnya yang anda yakini, " ujar Ellis pada surat kabar Boston Herald, edisi Jumat (3/2).

Menurutnya, ia sudah mempelajari al-Quran selama bertahun-tahun dan ia merasa menemukan tujuan hidupnya dalam Islam. Apalagi setelah ia melakukan perjalanan ke Senegal, salah satu negara di benua Afrika

Ellis mengaku bahwa nenek moyangnya dulu sudah menganut agama Islam, sebelum mereka dibawa ke Amerika Utara untuk dijadikan budak.

"Saya benar-benar pindah ke agama Islam pada bulan Desember, akhir tahun kemarin di Senegal, " tulis Ellis dalam pernyataannya yang disiarkan stasiun televisi lokal WMAZ, di Columbia, Carolina Selatan.

Setelah masuk Islam, bapak lima anak itu mulai menjalankan salat lima waktu dan secara rutin datang ke Islamic Center di Bloomfield Road. Meski sudah masuk Islam, Ellis menyatakan ia tidak pernah meremehkan agama lain dan untuk itu ia mengaku bangga dengan kebebasan beragama di AS.

"Saya tidak mengatakan bahwa agama yang satu lebih baik dari agama yang lain. Kami sangat meyakini bahwa Nabi Muhammad saw adalah nabi terakhir, seperti kami meyakini Musa sebagai nabi, " tuturnya.

Ellis mengungkapkan, ia seperti kembali pulang ke rumah ketika memeluk Islam. "Saya seperti kembali ke akar saya, " katanya.

Sebagai seorang tokoh masyarakat, Ellis mengatakan, warga yang telah memilihnya berhak tahu atas keputusannya masuk Islam, meski keputusan itu urusan pribadinya.

"Saya tetap orang yang sama meski saya sudah mengganti nama saya. Sekarang, saya berbagi dengan ke luarga besar saya, warga Macon yang mendukung saya ketika saya masih beragama Kristen dan percaya mereka akan tetap mendukung saya, " kata Ellis optimis.

Ellis lahir pada 6 Januari 1946 dengan mendapatkan gelar sarjana muda di bidang sastra dari St. Leo College di Florida. Dari situs pribadinya diketahui, ia pernah bertugas sebagai pasukan paramiliter selama dua tahun dalam perang Vietnam. Kala itu ia bergabung dengan Divisi Penerbang ke-101, dengan pangkat Sersan.

Selama pengabdiannya, Ellis berhasil mendapatkan perhargaan tiga bintang perunggu, medali Army Commendation for Valor dan Heroism serta penghargaan Purple Heart karena luka-luka yang dialaminya dalam perang Vietnam.

Ellis akan mengakhiri jabatannya sebagai walikota Macon pada bulan Desember 2007. Ia tidak bisa menjabat lagi sebagai walikota, karena sudah terpilih sebanyak dua kali masa jabatan yang lamanya empat tahun.

Namun Ellis mengatakan, kemungkinan ia akan ikut serta dalam pemilihan anggota Kongres tahun 2008, mewakili wilayah Georgia distrik ke-8.

Ellis pertama kali diangkat jadi walikota Macon pada 14 Desember 1999. Ia menjadi warga kulit hitam AS pertama yang terpilih sebagai walikota, sepanjang 176 tahun sejarah AS. Dan ia menjadi walikota Macon ke-40 yang berhasil terpilih dua kali berturut-turut. (ln/iol/eramuslim)


Mohon uluran bantuan Bapak/Ibu/Sdr/I dengan hati yang ikhlas ke Pundi Keajaiban Sedekah “Muallaf”, Donasi berupa Sedekah anda akan kami gunakan untuk mendukung kegiatan-kegiatan dakwah kami, silahkan transfer via rekening :

BANK CENTRAL ASIA [B.C.A] NO REK : 752-011-3082 a/n Rochmat

Atas dukungan, sumbangan dan bantuan Anda kami ucapkan ribuan terima kasih, Hanya ALLOH SWT dapat membalas segala amal ibadah dan ketulusan hati saudara sekalian.
Wassalamu’alaikum wr wbr. Jazaakumullahu khoiron katsiron

Kamis, 20 Januari 2011

227 warga empat desa di lereng Bromo beramai-ramai memeluk Islam


Perasaan haru meliputi warga di kawasan gunung Bromo minggu lalu. Sebanyak 227 warga di Kecamatan Senduro, Lumajang, beramai-ramai memeluk Islam .

Gunung Bromo dan Gunung Semeru dikenal sebagai kawasan berbahaya. Maklum, Gunung Bromo, merupakan gunung berapi yang masih aktif di Jawa Timur. Namun ketakutan ledakan itu tak seharu ?ledakan ruhani? penduduknya beberapa minggu lalu. Tepatnya pada hari Kamis, 17 Mei 2007, sebanyak 227 warga desa Wonocempoko Ayu, Argosari, dan Burno di Kecamatan Senduro, Lumajang, secara resmi mengumumkan memeluk Islam.

Warga mengucapkan dua kalimat syahadat di hadapan pemuka-pemuka agama dan pejabat kecamatan di Senduro, termasuk di antaranya ustaz dari Pesantren Hidayatullah Lumajang, yang termasuk salah satu dai pembina di wilayah itu.

Acara yang berlangsung mulai pukul 09.00 di Masjid Nurul Huda Senduro tersebut mengundang keharuan dari mereka yang hadir. Para hadiri nampak memperhatikan datangnya hidayah pada saudara-saudara baru mereka tersebut. Dengan diucapkannya Syahadat bagi wargadesa tersebut, secara perlahan-lahan para muallaf dari lereng G. Semeru terus bertambah dari waktu ke waktu.

Umumnya, para muallaf ini terdiri orang-orang dewasa, sebagian berstatus menikah. Mereka menyatakan memeluk Islam dan keluar dari agama sebelumnya, Hindu.

Seusai pengucapan syahadat tersebut, masing-masing muallaf mendapat bingkisan yang dapat digunakan untuk aktivitas keagamaan. Untuk pria mendapat bingkisan kain sarung, sedang wanita mendapat bingkisan mukenah.

Untuk menjaga dan menambah kekuatan akidah mereka, MUI Kecamatan Senduro akan membentuk Forum Komunikasi Takmir Masjid. Forum ini nantinya mengupayakan membangun tempat ibadah di desa-desa para muallaf dan menempatkan para ustaz dan guru agama guna membina lebih lanjut keagamaan mereka.

Sutomo, seorang pemuka masyarakat di Dusun Gedok, Desa Argosari, mengatakan, di desanya serta desa-desa lain di sekitarnya masih banyak warga yang berkeyakinan animisme dan Hindu. Namun di dusunnya yang berjumlah 213 kepala keluarga saat ini mayoritas sudah beragama Islam.

Ia sendiri memiliki musala Al Hidayah untuk membina anak-anak belajar Alquran dan menyelenggarakan salat. Di samping itu di Gedok juga ada sebuah masjid dan satu TPQ.

Menurut ia, masyarakat di desa tempatnya serta desa-desa sekitarnya walaupun mengaku beragama Hindu, tetapi sebenarnya mereka tidak paham dengan keyakinannya itu. Seakan-akan keyakinannya itu hanya menurun begitu saja dari orang tua mereka. Mereka yang tidak paham bagaimana bentuk ajaran Hindu tersebut. ?Setahu saya mereka kosong begitu saja dengan keyakinannya,? katanya.

Sekarang ini banyak remaja sudah katam Alquran berkat musala, masjid, dan TPQ yang ada di dusunnya. Sebuah TPQ di dusunnya diasuh oleh Ust. Rofikin yang sudah berdomisili sejak tahun 2002.

Kirim Pembangkit Listrik
Bertepatan dengan pengucapan Syahadat bagi 227 Desa Wonocempoko Ayu, Argosari, dan Burno, ini, Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Surabaya dan Lumajang telah bergerak membantu kelangsungkan akidah masyarakat di lereng G. Bromo tersebut.

BMH Surabaya mengirimkan dua pengeras suara (speaker), amplifier, dan mik, untuk musala dan masjid yang ada di Dusun Gedok, Arjosari. Selanjutnya dalam waktu dekat BMH juga akan mengirim pembangkit listrik dari sinar matahari untuk musala di Pusung Duwur yang saat ini masih belum memiliki aliran listrik.

Pembangkit listrik sinar matahari tersebut merupakan bantuan dari donatur yang berdomisili di Lumajang. Bantuan tersebut perlu disegerakan karena di Puwung Duwur sebelum ini sudah ada 73 muallaf, sehingga sebuah musala yang ada di dusun tersebut perlu segera dimaksimalkan guna pembinaan lebih lanjut para muallaf tersebut.

Selanjutnya BMH dan DPD Hidayatullah juga akan mendata para muallaf yang berkeinginan melaksanakan khitan, baik muallaf lama atau yang baru. Jika jumlahnya mencukupi, BMH dan DPD Hidayatullah akan melaksanakan khitan masal. Tentu saja sebagian besar pesertanya orang dewasa dan orang tua.

Untuk pembinaan rutin keagamaan, Hidayatullah Lumajang akan menempatkan dua ustaz secara tetap untuk tiga desa tempat muallaf berdomisili.

?Kami sedang mengusahan pipa sebagai alternatif untuk air wudhu. Semoga ada saudara-saudara Muslim yang peduli,? ujar pembinaan para muallaf di Gunung Bromo, Ust. Ahmad Eddy Purwanto.

Terkait dengan kebutuhan sarana ibadah, BMH menerima bantuan dari masyarakat untuk disalurkan kepada para muallaf di lereng Semeru dan Bromo. Kontak personal pada Ust. Ihya Ulumuddin di 031-71527034. [qlo/wrs/cha/hidayatullah.com]






Mohon uluran bantuan Bapak/Ibu/Sdr/I dengan hati yang ikhlas ke Pundi Keajaiban Sedekah “Muallaf”, Donasi berupa Sedekah anda akan kami gunakan untuk mendukung kegiatan-kegiatan dakwah kami, silahkan transfer via rekening :

BANK CENTRAL ASIA [B.C.A] NO REK : 752-011-3082 a/n Rochmat

Atas dukungan, sumbangan dan bantuan Anda kami ucapkan ribuan terima kasih, Hanya ALLOH SWT dapat membalas segala amal ibadah dan ketulusan hati saudara sekalian.
Wassalamu’alaikum wr wbr. Jazaakumullahu khoiron katsiron

Rabu, 19 Januari 2011

Pelajar SMU Memeluk Agama Islam

Aku pernah bekerja sebagai seorang guru olah raga di salah satu sekolah SMU di kota Fort Mead wilayah Maryland di negara Amerika. Aku mengajar lima kelas berbeda di sekolah itu. Mulai dari kelas sembilan (tiga SMP) sampai dengan kelas dua belas (tiga SMU), masing-masing lokal berjumlah sekitar 40 orang murid.
Pada suatu hari seorang murid bernama James meminta izin ingin bertemu denganku. Ia bukanlah salah seorang murid dari kelas yang aku tangani. Ia meminta izin melalui salah seorang muridku. Ketika aku menemuinya di kantor, ia bertanya tentang perkara-perkara pokok dalam Islam. Lantas aku memberikan jawaban yang ringkas. Selanjutnya ia kembali menemuiku dan meminta keterangan tambahan tentang hal itu. Aku bertanya kepadanya, "Apakah pertanyaan ini ada hubungannya dengan pelajaran ilmu kemasyarakatan yang sedang engkau pelajari?" Jawabnya bahwa ia telah membaca sebuah buku tentang Islam di perpustakaan sekolah yang memunculkan perasaan ingin tahunya tentang Islam.

Negara Amerika membuat peraturan adanya pemisahan antara urusan agama dan negara. Aku beritakan bahwa pembicaraan tentang masalah ini secara panjang lebar kurang tepat dilakukan di sekolah umum. Oleh karena itu aku mengundangnya untuk menikmati makanan ringan di restoran yang ada di dekat sekolah. Setelah mendengar penjelasan panjang lebar dariku tentang Islam dan tauhid, terlihat bahwa ia banyak mengambil faedah dari pertemuan itu.

Pada waktu itu usia James masih 16 tahun. Ada beberapa ganjalan yang masih menggelayuti pikiranku. Pertama, ia belum mencapai usia dewasa. Jika kedua orang tuanya tahu bahwa ia serius mempelajari Islam dan selalu berbincang denganku, tentu mereka akan melarangnya. Di samping itu, kota Fort Mead tidak lebih sebuah kota kecil tempat pangkalan angkatan bersenjata dan masih termasuk wilayah militer. Aku berfikir jangan-jangan yang demikian itu dapat menimbulkan problem, karena ayah pemuda itu bekerja di pangkalan tersebut.

Walau demikian, aku masih sering bertemu dengannya di restoran itu. Setiap kali pertemuan, aku memberikan penjelasan yang lebih luas agar ia mendapat faedah lebih banyak. Kemudian muncul keinginannya untuk mengunjungi masjid tempat kaum muslimin melaksanakan shalat. Maka aku pun membawanya ke masjid kota Laurel yang berdampingan dengan kota Fort Mead. Masjid tersebut tidak lebih dari sebuah rumah kuno. Kaum muslimin setempat merubah bentuknya untuk kepentingan ibadah. Di sana aku mengajarkannya tata cara mengerjakan shalat yang membuat dirinya semakin tertarik dan takjub, karena shalat merupakan komunikasi langsung antara seorang hamba dengan Rabb semesta alam SWT.

Kemudian James mengabarkan kepadaku tentang keinginannya untuk memeluk agama Islam dan menanyakan apa yang harus ia lakukan. Aku katakan caranya mudah, hanya dengan sebuah ucapan. Walau antusiasnya memeluk agama Islam sangat besar, tidak lupa aku sampaikan kepadanya bahwa dosa terbesar yang diemban seorang hamba ketika bertemu dengan Rabbnya ialah dosa seorang yang murtad dari agama Islam. Oleh karena itu ia harus menambah pengetahuannya tentang Islam dan amalan yang telah Allah wajibkan baik yang berkaitan dengan tauhid atau perkara ibadah, agar ia memeluk agama Islam atas dasar kesadaran dan ilmu.

Beberapa hari kemudian ia kembali mendatangiku. Dengan anugerah dan nikmat Allah serta dengan keinginan dan pilihan sendiri ia mengucapkan dua kalimat syahadat. Setelah itu dengan mengendarai mobilku, sekali dalam seminggu aku mengajaknya untuk melaksanakan shalat di masjid sekaligus untuk mendengarkan ceramah agama. Aku juga mulai mengajarinya huruf-huruf Arab dan dengan mudah dapat ia kuasai. Lantas aku lanjutkan dengan mengajarinya membaca al-Qur'an hingga ia mampu membacanya. Kemudian muncul keinginannya untuk mempelajari adzan. Setelah ia berhasil menguasainya, ia ingin memperaktekkannya di masjid sebagaimana yang telah diajarkan. Pengaruh adzan yang ia dengar dan yang ia kumandangkan terlihat jelas pada dirinya.

Pada suatu hari aku mengajaknya pergi ke masjid. Aku tercengang ketika melihat ia keluar tidak memakai pakaian Amerika tapi malah mengenakan pakaian gamis. Apatah lagi masyarakat sekitarnya sudah mengetahui kalau aku sering mengunjungi rumahnya dan menemaninya pergi ke masjid. Mereka menanggapinya dengan perasaan tidak suka. Aku katakan kepadanya bahwa penampilan seperti ini akan mengundang banyak perhatian. Seorang muslim boleh memakai kemeja dan celana di saat melaksanakan shalat. Setelah aku selesai berbicara, ia memandangku dan menjawab dengan santai, "Ya ustadz Ahmad, imanmu lemah." Aku bertanya, "Apakah kedua orang tuamu melarangmu memakai gamis tersebut?" Ia jawab bahwa kedua orang tuanya tidak menghalanginya dan mereka memahami bahwa ini semua adalah keinginan dan pilihanku sendiri. Ia juga menyebutkan bahwa ibunya memasak daging halal secara terpisah sebagai penghormatan terhadap dirinya yang tidak boleh memakan daging babi atau bangkai. Aku menjadi tenang mendengar itu semua.

Beberapa waktu kemudian, ia mendatangiku dengan membawa permintaan yang lain. Waktu itu ia masih duduk di jenjang SMU. Ia ingin merubah namanya dengan nama Islami. Aku katakan hal itu tidak mesti selama namamu sekarang tidak terlarang dalam syariat. Begitu juga dengan memakai nama yang asing di kalangan teman-teman Amerikanya mungkin tidak membantunya dalam usaha untuk mendakwahi mereka ke dalam Islam. Atau mungkin di antara mereka ada yang menyangka bahwa ia harus menukar namanya jika ingin memeluk agama Islam. Jika mereka mengetahui hal itu mungkin mereka akan mencuekinya. Namun ia menjawab dengan ucapannya yang lalu, "Ya ustadz Ahmad... imanmu lemah." Sejak itu namanya berubah menjadi James Husain Abeba. Kelihatannya namanya yang terakhir diambil dari nama orang Afrika yang banyak dipakai oleh bangsa Amerika berkulit hitam.

Setelah berhasil menyelesaikan jenjang SMU, ia mulai mencari pekerjaan di saat liburan musim panas. Ia mendapat sebuah pekerjaan sebagai penerima tamu di salah satu klinik milik seorang dokter wanita muslimah. Ia banyak mengisi waktunya dengan membaca, karena klinik tersebut baru berdiri sehingga tugas yang dilakukan masih sedikit dan tidak banyak menyita waktu.

Pada suatu kali, aku mendapat kesempatan untuk melaksanakan umrah pada bulan Ramadhan. Ini merupakan kali pertama aku menghabiskan bulan Ramadhan di kota Mekkah al-Mukarramah dan Kota Madinah Rasulullah SAW, bulan yang penuh berkah ini. Di balik kegembiraanku dapat melaksanakan Ied bersama kaum muslimin di kota Mekkah, aku masih mencemaskan pemuda (James) yang sedang sendirian di sana. Aku juga menanyakan keadaannya kepada beberapa teman yang ada di masjid. Mereka katakan bahwa ia masih tetap rutin datang, bahkan ia ikut melaksanakan i'tikaf pada sepuluh akhir bulan Ramadhan di masjid itu.

Ketika aku pulang, aku menanyakan beritanya dan aktifitas yang telah ia lakukan. Namun ia tidak menyinggung sedikitpun tentang i'tikaf yang telah ia laksanakan.

Selanjutnya ia memasuki sebuah universitas dan memilih bidang sejarah Islam. Aku juga mendapat khabar bahwa ia menikahi seorang muslimah India. Akivitas yang ia lakukan berupaya mempersatukan mahasiswa muslim yang belajar di kampusnya. Setelah menyelesaikan bangku kuliah, ia bekerja sebagai staf pengajar di salah satu sekolah Islam yang ada di kota Chicago. Dan, setelah itu beritanya terputus.

(SUMBER: SERIAL KISAH-KISAH TELADAN karya Muhammd bin Shalih al-Qahthani sebagai yang dinukil dari buku ‘Allah Memberi Hidayah Kepada Siapa yang DikehendakiNya’, karangan Imtiyaz Ahmad [Aslinya berbahasa Arab])


Mohon uluran bantuan Bapak/Ibu/Sdr/I dengan hati yang ikhlas ke Pundi Keajaiban Sedekah “Muallaf”, Donasi berupa Sedekah anda akan kami gunakan untuk mendukung kegiatan-kegiatan dakwah kami, silahkan transfer via rekening :

BANK CENTRAL ASIA [B.C.A] NO REK : 752-011-3082 a/n Rochmat

Atas dukungan, sumbangan dan bantuan Anda kami ucapkan ribuan terima kasih, Hanya ALLOH SWT dapat membalas segala amal ibadah dan ketulusan hati saudara sekalian.
Wassalamu’alaikum wr wbr. Jazaakumullahu khoiron katsiron

Selasa, 18 Januari 2011

Tina Styliandou: Dulu Aku Diajari untuk Membenci Islam

Saya lahir di Athena, Yunani, dari orang tua penganut Kristen Ortodok Yunani. Keluarga ayah saya tinggal di Istanbul, Turki, hampir di seluruh hidup mereka. Ayah pun lahir dan besar di sana. Mereka keluarga sejahtera, berpendidikan baik dan seperti sebagian besar Kristen Ortodok yang tinggal di negara Islam, mereka sangat berpegang teguh dengan ajaran agama.


Tiba masa ketika pemerintah Turki memutuskan menendang mayoritas keturunan Yunani keluar dari negara itu dan menyita kekayaan, rumah serta bisnis mereka. Kondisi itu memaksa keluarga ayah saya kembali ke Yunani dengan tangan kosong. Ini yang dilakukan Muslim Turki dan itu yang mengesahkan, menurut mereka, untuk membenci Islam.

Keluarga Ibu saya tinggal di sebuah pulau Yunani di perbatasan antara Yunani dan Turki. Selama serangan Turki berlangsung, Turki menguasai pulau tersebut, membakar rumah-rumah. Demi keselamatan, penduduk pulau pun melarikan diri di daratan utama Yunani. Lebih banyak alasan lagi untuk membenci Muslim Turki.

Yunani, lebih dari 400 tahun dikuasai Turki. Akhirnya kami, kaum muda Yunani diajarkan untuk meyakini bahwa setiap kejahatan yang dilakukan terhadap Yunani, adalah tanggung jawab Islam. Jadi, selama beratus tahun kami diajari, dalam buku-buku sejarah dan agama, untuk membenci dan mengolok-olok agama Islam.

Dalam buku kami, Islam bukanlah sebuah agama dan Rasul Muhammad saw. bukanlah nabi. Ia hanyalah seorang pemimpin dan politisi sangat cerdas yang mengumpulkan aturan dan hukum dari kitab Yahudi dan Kristen. Lalu ia menambahi dengan ide-idenya sendiri dan menguasai dunia.

Di sekolah, kami bahkan diajari untuk mengolok-olok dia, istrinya serta sahabat-sahabatny. Semua 'karikatur' dan lelucon kasar terhadapnya--yang dipublikasikan di banyak media saat ini--adalah bagian dari pelajaran kelas dan ujian kami!.

Alhamdulillah, Allah melindungi hati saya dan kebencian terhadap Islam tak pernah memasuki kalbu. Bantuan terbesar bagi saya mungkin dari dua orang tua yang bukanlah sosok relegius. Mereka jarang mempraktekkan ritual keagamaan dan hanya datang ke gereja saat ada pernikahan dan pemakaman.

Alasan yang membuat ayah saya menarik diri dari agamanya ialah korupsi yang ia saksikan dilakukan para pendeta setiap hari. Bagaimana mungkin orang-orang ini berkotbah tentang Tuhan dan kebaikan tapi pada saat bersamaan mencuri dari dana gereja, membeli vila dan memiliki mobil Mercedes serta menyebarkan gagasan homoseksual di kalangan mereka sendiri?


Apakah ini perwakilan yang benar dari agama yang akan memandu kami, mengoreksi kami dan mendekatkan kami kepada Tuhan. Ayah saya muak dengan mereka dan itulah yang membuat ia menjadi atheis. Gereja-gereja pun mulai kehilangan jemaat, paling tidak di negara saya, karena aksi para pendeta.

Tak Puas dengan Keyakinan Awal

Sebagai remaja, saya mencintai buku dan membaca banyak. Saya sendiri tidak pernah benar-benar puas dengan Kristen yang saya peluk. Saya mempercayai Tuhan, rasa takut dan cinta kepadanya, namun yang lain sungguh membingungkan saya.

Saya mulau mencari namun saya tak pernah mencari dan memelajari Islam. Mungkin karena latar belakang pendidikan saya bertentangan dengan ajaran ini.

Namun alhamdulillah, Ia mengasihi jiwa saya dan memandu saya kepada cahaya. Ia mengirimkan ke hidup saya seorang suami, lelaki Muslim yang menumbuhkan cinta ke dalam hati saya. Kami saat  itu menikah tanpa memedulikan perbedaan agama.

Suami saya selalu bersedia menjawab pertanyaan apa pun yang terkait agamanya, tanpa merendahkan keyakinan saya--bagaimanapun salahnya mereka. Ia tak pernah menekan atau bahkan meminta saya untuk berpindah agama.

Setelah tiga tahun menikah, memiliki kesempatan mengenal Islam lebih jauh dan membaca Al Qur'an langsung, dan juga buku-buku agama lain, saya pun meyakini tak ada sesuatu yang bersifat trinitas. Muslim meyakini hanya Satu Tuhan yang tak bisa disandingkan dengan apa pun. Tidak memiliki anak, pasangan dan tidak ada sesuatu di muka bumi yang berhak disembah selain Dia. Tidak ada satupun yang berbagi keesaannya dengan-Nya dan juga sifat-sifat-Nya.

Menjadi Muslim

Saya pun memeluk Islam. Namun saya menyembunyikan agama baru dari orang tua, teman-teman selama bertahun-tahun. Kami tinggal bersama di Yunani tanpa pernah meninggalkan ajaran Islam dan sungguh luar biasa sulit, hampir mustahil.

Di kampung halaman saya tidak ada masjid, tidak ada akses ke studi Islam, tidak ada orang berdoa atau berpuasa, atau seseorang mengenakan jilbab.

Ada beberapa imigran Muslim yang datang ke Yunani untuk masa depan keuangan lebih cerah. Mereka membiarkan kehidupan Barat menarik dan mengorupsi mereka. Hasilnya, mereka tak mengikuti ajaran agama dan mereka sepenuhnya tersesat.

Suami dan saya harus shalat dan berpuasa mengikut kalender. Tidak ada Adzhan dan tidak ada komunitas Islam untuk mendukung kami. Kami merasa setiah hari mengalami kemunduran. Keyakinan kami melemah dan gelombang menyeret kami.

Ketika putri kami lahir, kami memutuskan--demi menyelamatkan jiwa kami dan putri kami--bermigrasi ke negara Islam. Kami tidak ingin membesarkan dia dalam lingkungan Barat yang bebas di mana ia harus berjuang keras menjaga identitas dan mungkin berakhir tersesat.

Terimakasih Tuhan, ia telah memandu kami dan membawa kami kesempatan untuk bermigrasi ke negara Islam, di mana kami mendengar kalimat-kalimat merdu Adhzan. Kami pun dapat meningkatkan pengetahuan dan cinta kami pada-Nya serta pada Rasul Muhammad. saw.
[Dari berbagai sumber ]


Mohon uluran bantuan Bapak/Ibu/Sdr/I dengan hati yang ikhlas ke Pundi Keajaiban Sedekah “Muallaf”, Donasi berupa Sedekah anda akan kami gunakan untuk mendukung kegiatan-kegiatan dakwah kami, silahkan transfer via rekening :

BANK CENTRAL ASIA [B.C.A] NO REK : 752-011-3082 a/n Rochmat

Atas dukungan, sumbangan dan bantuan Anda kami ucapkan ribuan terima kasih, Hanya ALLOH SWT dapat membalas segala amal ibadah dan ketulusan hati saudara sekalian.
Wassalamu’alaikum wr wbr. Jazaakumullahu khoiron katsiron